Thursday, June 18, 2015

Pelajaran Berharga Dibalik Siang dan Malam


Pada tulisan kali ini, saya akan membahas mengenai peristiwa siang dan malam, peristiwa yang sudah menjadi hal biasa dalam keseharian kita. Namun hal-hal biasa yang terjadi dalam kehidupan kita, ternyata memiliki banyak pelajaran berharga yang dapat kita ambil, dan salah satunya adalah peristiwa siang dan malam.

Suatu malam, saya sedang berjalan di antara pepohonan yang tinggi dan rindang. Berjalan perlahan, sambil menikmati tiupan angin malam yang lembut dan dingin. Hingga akhirnya, saya memikirkan mengapa Tuhan menciptakan siang dan malam, Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa alasan, Tuhan selalu menciptakan sesuatu dengan tujuan yang jelas, sehingga saya berpikir bahwa pasti Tuhan menciptakan siang dan malam sebagai pelajaran bagi ciptaan-ciptaanNya.
            
Sebelumnya saya akan membahas mengenai apa itu siang dan malam, dan apa yang menyebabkannya. Peristiwa siang dan malam terjadi karena perputaran bumi pada porosnya (rotasi). Sehingga terjadi gerak ilusi atau gerak semu, yaitu seolah-olah matahari yang bergerak mengelilingi bumi, padahal yang terjadi adalah kebalikannya.

Saat matahari terbit dari Timur, kita menyebutnya pagi hari atau awal hari. Saat matahari berada di atas kepala, kita menyebutnya siang hari. Saat matahari hampir terbenam di Barat, kita menyebutnya sore hari. Dan saat matahari telah hilang dari pandangan, kita menyebutnya malam hari atau akhir hari.

Kita dapat mengibaratkan diri kita sebagai matahari, dan bumi yang berputar sebagai lingkungan sekitar kita, baik itu teman-teman, keluarga, kampus, tempat kerja dan sebagainya. Suatu hari kita berada di titik yang rendah, titik dimana orang-orang di sekitar kita belum merasakan kehadiran kita. Kemudian perlahan posisi kita semakin tinggi, orang-orang di sekitar kita mulai merasakan kehadiran kita, mulai memandang kita, dan kehadiran kita mulai memiliki arti bagi mereka.

Hingga akhirnya kita berada di posisi yang paling tinggi, posisi dimana kehadiran kita dapat dirasakan dan disaksikan oleh hampir semua orang. Namun, pernahkah kita berpikir sudah berapa banyak orang yang kita sakiti dan kita lukai untuk mencapai posisi yang tinggi ini. Untuk meraih sesuatu tentu memerlukan suatu pengorbanan. Tapi, apakah kita pernah berpikir bahwa untuk meraih posisi tertinggi ini, kita telah melukai dan mengorbankan mereka-mereka yang tidak bersalah terhadap kita, tanpa kita sadar. Seperti matahari yang bersinar terik di siang hari, yang tanpa sadar telah menyakiti kulit sebagian orang.

Kemudian kita kembali turun, baik turun dalam hal jabatan maupun turun dalam kondisi hati. Kita tidak selalu berada dalam posisi tertinggi, hukum alam selalu memikirkan keseimbangan dan kesetaraan. Hingga akhirnya kita kembali turun secara perlahan, menjauh dari pandangan. Ketidakhadiran kita mulai membuat sebagian orang senang, dan bahkan merayakannya. Bagai matahari yang akan terbenam, menandakan jam kerja atau jam belajar akan segera berakhir, kita menjadi senang, bahkan terkadang kita merayakannya dengan makan-makan, jalan-jalan, atau sekadar mengobrol dengan dengan teman, keluarga, dan orang-orang yang kita sayang.

Dan akhirnya orang-orang di sekitar kita pun tidak lagi memandang tinggi sesuatu yang telah kita capai. Ketidakhadiran kita juga tidak lagi dipikirkan oleh orang-orang di sekitar kita. Kondisi hati kita juga mulai menurun, menjadi gelap seperti tak ada lagi yang menjadi semangat bagi hati kita. Bagai matahari yang telah terbenam, yang ketidakhadirannya tidak lagi dipedulikan oleh orang-orang di permukaan bumi. Sedangkan langit yang telah menjadi gelap ibarat hati kita dan kondisi hidup kita, yang sedang berada dalam titik yang rendah, titik yang penuh dengan kegelapan.

Namun Tuhan selalu memberikan jalan keluar bagi setiap masalah yang dihadapi ciptaan-ciptaanNya. Selalu ada cahaya bulan dan bintang di atas kegelapan langit malam, yang artinya Tuhan selalu memberikan banyak cahaya dan harapan lain dibalik kejatuhan yang kita hadapi.

Terkadang bulan dan bintang tidak menampakkan dirinya di malam hari, bukan berarti bulan dan bintang tidak ada, namun kita tidak dapat melihatnya karena cuaca yang sedang mendung atau berawan. Hal itu ibarat hati kita, yang hanya terus-terusan memikirkan masa lalu, masa kejayaan kita, tanpa melihat masih banyak cahaya lain yang diberikan Tuhan untuk kita.

Dan akhirnya akan muncul hari esok, yaitu hari yang diberikan tuhan untuk ciptaan-ciptaanNya agar mereka dapat memperbaiki diri dan belajar dari masa lalu. Matahari akan terbit kembali, hidup akan terus berjalan sampai batas yang ditentukan, dan di masa itu kita dapat terus belajar dari kesalahan kita di hari-hari sebelumnya, agar menjadi pribadi yang lebih tinggi di mataNya. 

No comments:

Post a Comment