Pada
tulisan kali ini, saya akan membahas mengenai peristiwa siang dan malam,
peristiwa yang sudah menjadi hal biasa dalam keseharian kita. Namun hal-hal
biasa yang terjadi dalam kehidupan kita, ternyata memiliki banyak pelajaran
berharga yang dapat kita ambil, dan salah satunya adalah peristiwa siang dan
malam.
Suatu
malam, saya sedang berjalan di antara pepohonan yang tinggi dan rindang.
Berjalan perlahan, sambil menikmati tiupan angin malam yang lembut dan dingin.
Hingga akhirnya, saya memikirkan mengapa Tuhan menciptakan siang dan malam,
Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa alasan, Tuhan selalu menciptakan
sesuatu dengan tujuan yang jelas, sehingga saya berpikir bahwa pasti Tuhan
menciptakan siang dan malam sebagai pelajaran bagi ciptaan-ciptaanNya.
Sebelumnya
saya akan membahas mengenai apa itu siang dan malam, dan apa yang
menyebabkannya. Peristiwa siang dan malam terjadi karena perputaran bumi pada
porosnya (rotasi). Sehingga terjadi gerak ilusi atau gerak semu, yaitu seolah-olah
matahari yang bergerak mengelilingi bumi, padahal yang terjadi adalah
kebalikannya.
Saat
matahari terbit dari Timur, kita menyebutnya pagi hari atau awal hari. Saat
matahari berada di atas kepala, kita menyebutnya siang hari. Saat matahari
hampir terbenam di Barat, kita menyebutnya sore hari. Dan saat matahari telah
hilang dari pandangan, kita menyebutnya malam hari atau akhir hari.
Kita
dapat mengibaratkan diri kita sebagai matahari, dan bumi yang berputar sebagai
lingkungan sekitar kita, baik itu teman-teman, keluarga, kampus, tempat kerja
dan sebagainya. Suatu hari kita berada di titik yang rendah, titik dimana
orang-orang di sekitar kita belum merasakan kehadiran kita. Kemudian perlahan
posisi kita semakin tinggi, orang-orang di sekitar kita mulai merasakan
kehadiran kita, mulai memandang kita, dan kehadiran kita mulai memiliki arti
bagi mereka.
Hingga
akhirnya kita berada di posisi yang paling tinggi, posisi dimana kehadiran kita
dapat dirasakan dan disaksikan oleh hampir semua orang. Namun, pernahkah kita
berpikir sudah berapa banyak orang yang kita sakiti dan kita lukai untuk
mencapai posisi yang tinggi ini. Untuk meraih sesuatu tentu memerlukan suatu
pengorbanan. Tapi, apakah kita pernah berpikir bahwa untuk meraih posisi
tertinggi ini, kita telah melukai dan mengorbankan mereka-mereka yang tidak
bersalah terhadap kita, tanpa kita sadar. Seperti matahari yang bersinar terik
di siang hari, yang tanpa sadar telah menyakiti kulit sebagian orang.
Kemudian
kita kembali turun, baik turun dalam hal jabatan maupun turun dalam kondisi hati.
Kita tidak selalu berada dalam posisi tertinggi, hukum alam selalu memikirkan
keseimbangan dan kesetaraan. Hingga akhirnya kita kembali turun secara
perlahan, menjauh dari pandangan. Ketidakhadiran kita mulai membuat sebagian
orang senang, dan bahkan merayakannya. Bagai matahari yang akan terbenam,
menandakan jam kerja atau jam belajar akan segera berakhir, kita menjadi
senang, bahkan terkadang kita merayakannya dengan makan-makan, jalan-jalan,
atau sekadar mengobrol dengan dengan teman, keluarga, dan orang-orang yang kita
sayang.
Dan
akhirnya orang-orang di sekitar kita pun tidak lagi memandang tinggi sesuatu
yang telah kita capai. Ketidakhadiran kita juga tidak lagi dipikirkan oleh
orang-orang di sekitar kita. Kondisi hati kita juga mulai menurun, menjadi
gelap seperti tak ada lagi yang menjadi semangat bagi hati kita. Bagai matahari
yang telah terbenam, yang ketidakhadirannya tidak lagi dipedulikan oleh orang-orang
di permukaan bumi. Sedangkan langit yang telah menjadi gelap ibarat hati kita
dan kondisi hidup kita, yang sedang berada dalam titik yang rendah, titik yang
penuh dengan kegelapan.
Namun
Tuhan selalu memberikan jalan keluar bagi setiap masalah yang dihadapi
ciptaan-ciptaanNya. Selalu ada cahaya bulan dan bintang di atas kegelapan
langit malam, yang artinya Tuhan selalu memberikan banyak cahaya dan harapan
lain dibalik kejatuhan yang kita hadapi.
Terkadang
bulan dan bintang tidak menampakkan dirinya di malam hari, bukan berarti bulan
dan bintang tidak ada, namun kita tidak dapat melihatnya karena cuaca yang
sedang mendung atau berawan. Hal itu ibarat hati kita, yang hanya terus-terusan
memikirkan masa lalu, masa kejayaan kita, tanpa melihat masih banyak cahaya
lain yang diberikan Tuhan untuk kita.
Dan akhirnya akan muncul hari esok, yaitu hari yang diberikan tuhan untuk ciptaan-ciptaanNya agar mereka dapat memperbaiki diri dan belajar dari masa lalu. Matahari akan terbit kembali, hidup akan terus berjalan sampai batas yang ditentukan, dan di masa itu kita dapat terus belajar dari kesalahan kita di hari-hari sebelumnya, agar menjadi pribadi yang lebih tinggi di mataNya.
No comments:
Post a Comment